Spectrum SIDIK 2015
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju Surga.” (HR. Muslim)
Lewat sabda Rasulullah SAW di atas, kita jadi teringat bahwa, bukan hanya ada “banyak jalan menuju Roma” tetapi juga “banyak jalan menuju Surga-nya Allah SWT.” Tersebab itulah FORKOM Jerman, bekerja sama dengan Pengajian Pemuda Pemudi Hamburg serta IICev (Indonesische Islamische Centrum Hamburg) menyelenggarakan acara Studi Islam dan Dialog Intensiv Kemahasiswaan yang di singkat menjadi SIDIK pada tanggal 25-26 Desember 2015 di Masjid Al-Ikhlas Kleiner Pulverteich Hamburg.
Target peserta SIDIK adalah mahasiswa Indonesia yang baru datang ke Jerman untuk melanjutkan studi maupun baik yang telah masuk Universitas maupun yang masih Studienkoleg. Acara SIDIK bertema “Muslim Kuliah di Eropa, Siapa Takut!” menarik minat 96 peserta dari berbagai daerah di Jerman, masyaAllah. Dikarenakan kondisi Masjid Al-Ikhlas yang tidak begitu besar, mengharuskan panitia acara SIDIK membatasi jumlah peserta.
Dengan tema “Muslim Kuliah di Eropa siapa Takut!” panitia pelaksana menghadirkan ustad/ pembicara dalam diskusi yang sungguh mumpuni di bidangnnya. Diantara mereka yakni Lutfhi Muhammad Mauludin SST, MSc, dengan materi Fiqih Minoritas. Beliau menyampaikan bagaimana hidup di Eropa, bagaimana kita sebagai hamba tetap bisa dengan baik beribadah kepada Allah SWT dengan kondisi kita sebagai agama minoritas.
Selain Ustad Lutfhi Muhammad, hadir juga ustad Muhammad Elvandi, Lc.MA, alumnus Al-Azhar Cairo, Filsafat IESH de Paris juga Politik University of Manchester. Berbeda dengan ustad Lutfhi Muhammad, ustad Muhammad Elvandi membawa materi tentang “Perkembangn Islam di Eropa”. Berbagai kisah perjuangan kaum muslim menaklukan Eropa beliau paparkan dengan apik, dengan tujuan agar kita mengetahui sejarah perkembangan islam, hingga timbul rasa semangat dalam dada kita bahwa islam pun adalah bagian dari maju dan berkembangnya Negara Eropa, bahwa Islam pernah besar dan Berjaya di Eropa, hingga hilang rasa kecut, rasa takut, rasa minder, tidak percaya diri dalam diri kita dan justru kitalah nanti yang semestinya menjadi bagian dari orang-orang yang kembali membesarkan agama Allah di bumi Eropa, tidak lagi dengan pedang atau darah melalui perang, akan tetapi dengan ilmu.
Tidak kalah menarik dari kedua pemateri tadi, di sesi terakhir acara SIDIK menghadirkan tiga panelis diskusi yang menceritakan warna-warni perjuangan mereka mengeruk ilmu maupun jatuh bangun hingga akhirnya Alhamdulillah bisa sukses di Jerman, mereka adalah, Prio Adhi Setiawan ST. MSc, H. Dr-Ing.Johar Ciptokusumo, dan Muhammad Juan Akbar B.Sc. yang menarik adalah, diskusi tersebut dilaksanakan pada pukul 9.00 CET tanpa terlihat rasa lelah dari wajah para peserta walaupun mereka telah dibangunkan dari pukul 4 dini hari untuk melaksanakan sholat malam hingga berbgai macam susunan acara lain diantaranya diskusi kelompok, (Peserta di bagi dalam 5 kelompok untuk berdiskusi, dan mempresentasikan tentang tokoh sahabat Rasul), presentasi kelompok yang dilaksanankan setelah qiyamul lail, games, sholat subuh berjamaah, tausiyah subuh, dilanjutkan dngan dzikir pagi (Al-Matsurat), wajah-wajah para peserta tetap semangat dan antusias menyambut ilmu baru. Dalam presentasi hasil diskusi kelompok, setiap kelompok menampilkan teater/drama musical, serta puisi dan tidak hanya presentasi biasa. masyaAllah, rasa lelah tidak mengubur kreativitas mereka. Hal ini pun membuktikan bahwa semangat menuntut ilmu dalam diri pemuda – pemudi Islam sungguh sangat besar, jika digambarkan dari langit, bisa jadi langkah mereka dari berbagai araah serupa cahaya terang lagi berwarna indah yang berlomba-lomba melesat menuju satu titik yang sama. IsnyaALLAH.
Acara SIDIK 2015 yang berlangsung dua hari satu malam tersebut berakhir pada pukul 15.00 CET. Karena ilmu Allah, panitia pelaksana SIDIK dan peserta SIDIK dipertemukan untuk menjalin lebih erat tali silaturahim. Semoga niat-niat dari tiap hati yang hadir di Masjid Al-Ikhlas pada saat itu dihimpun oleh Allah sebagai hati yang Allah jaga ghirahnya untuk menjadi pribadi muslim yang kaffah. Aamiin Aamiin yaa Rabbal ‘alamiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Oleh: Maisyara Palembang